Palu, Sulawesi Tengah – Perpustakaan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Melalui bahan bacaan yang tersedia, masyarakat dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kemampuan demi meningkatkan kesejahteraan hidup.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando menyebut, paradigma baru perpustakaan saat ini tidak lagi bicara mengenai manajemen koleksi saja tetapi lebih berfokus pada transfer pengetahuan. Salah satunya dengan hadirnya buku-buku ilmu terapan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

“Berikanlah buku-buku sesuai kebutuhannya, inilah yang menjadi tantangan perguruan tinggi di Sulawesi Tengah (Sulteng) bersinergi dengan pemda untuk mencetak massal buku yang dibutuhkan oleh masyarakat,” ungkap Syarif dalam kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat untuk Kesejahteraan dengan tema “Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional” yang digelar secara hybrid pada Rabu, (2/3/2022).

Syarif menjelaskan, Perpusnas juga senantiasa membangun sinergitas melalui kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Dalam kesempatan yang sama, Perpusnas melakukan penandatanganan nota kesepakatan dengan  11 perguruan tinggi, diantaranya Universitas Tadulako, Universitas Islam Negeri Datokarama, Universitas Alkhairaat Palu, Universitas Sintuvu Maroso, Universitas Madako Tolitoli, Universitas Muhammadiyah Palu, Akademi Kebidanan Palu, AMIK Luwuk Banggai, Stikes Bala Keselamatan Palu, Stikes Indonesia Jaya Palu, dan STIE Mujahidin Tolitoli.

Dan Perpusnas melakukan penandatanganan nota kesepakatan dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, Pemerintah Daerah Kota Palu, Pemerintah Daerah Kabupaten Kabupaten Tojo Una-Una, Pemerintah Kabupaten Morowali Utara, Pemerintah Kabupaten Morowali, dan Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong.

“Kami akan mengundang petugas yang direkomendasi oleh pimpinan perguruan tinggi di perpustakaan untuk magang di Perpustakaan Nasional,” lanjutnya.

Wakil Gubernur Sulteng, Ma’mun Arif menjelaskan, meskipun pertumbuhan ekonomi di wilayahnya mencapai 15.1 persen diatas rata-rata nasional namun kondisi tersebut tidak sebanding dengan tingginya angka kemiskinan di wilayah tersebut. Padahal Sulteng memiliki delapan potensi industri, seperti tambang, minyak dan emas.

“Pendapatan asli daerah kami hanya Rp 1 Triliun tetapi harus membantu sebanyak 13 Kabupaten/Kota. Tetapi masih banyak masyarakat yang miskin dan masih banyak pengangguran,” jelas Ma’mun.

Untuk itu, lanjut Ma’mun, pemerintah provinsi mendukung berbagai kegiatan literasi yang ada di Sulteng. Bahkan pihaknya berharap di setiap kabupaten/kota bahkan desa memiliki gedung perpustakaan.

“Supaya anak-anak di desa ini lebih kreatif dalam melihat masa depan Sulteng yang lebih maju dan sejahtera. Namun perpustakaan itu harus mengarah ke kebutuhan masyarakatnya,” terangnya.

Senada, Anggota Komisi X DPR RI, Sakinah menilai untuk meningkatkan literasi perlunya sinergi antara pemerintah pusat, daerah bahkan stakeholder lainnya. Termasuk peran dari ibu rumah tangga.

“Bagaimana anak-anak bisa paham kalau ibunya sendiri tidak paham tugas dan fungsinya. Dia harus menjadikan bahwa membaca itu bukan hanya bagian penting dari sekolah tetapi harus menjadi gemar membaca,” tuturnya.

Sakinah menyampaikan, di wilayah Sulteng masih diperlukan adanya perpustakaan keliling roda dua untuk menjangkau seluruh wilayah hingga pelosok. Sehingga masyarakat bisa mendapatkan bahan bacaan sesuai dengan kebutuhannya.

“Dengan demikian, melalui literasi dapat menjadikan masyarakat sesuai dengan apa yang diinginkan pemerintah. Mendorong masyarakat ini menjadi sumber daya manusia yang betul-betul unggul dalam segala hal,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Sulawesi Tengah Alimuddin Paada mendorong perpustakaan di wilayah Sulteng memiliki layanan digital. Meski begitu, kehadiran gedung perpustakaan masih diperlukan.

“Gedung perpustakaan tetap masih dibutuhkan oleh masyarakat. Karena masih banyak masyarakat yang belum memiliki perangkat untuk mengakses layanan digital,” ungkapnya.

Hal serupa juga diungkapkan Rektor UIN Datokrama Sagaf S. Pettalongi. Menurutnya perlu adanya perubahan core bisnis perpustakaan mengarah ke digital. Perpustakaan perlu melakukan transformasi digital dalam pengelolaan perpustakaan.

“Khawatir jika tidak bertransformasi ke arah digital akan ditinggalkan penggunanya, karena saat ini mahasiswa lebih banyak mengakses internet untuk mencari bahan skripsi,” pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama juga dirangkaikan dengan Pengukuhan Ketua TP PKK Provinsi Sulteng Vera Rompas Mastura menjadi Bunda Literasi Provinsi Sulteng.

Reportase: Wara Merdeka
Fotografer: Prakas Agrestian
Sumber: https://www.perpusnas.go.id/

Leave a Comment